JOMBANG – Menyambut usia satu abad, Persaudaraan Setia Hati Terate ( PSHT ) Cabang Jombang, Pusat Madiun mengadakan Prosesi Pengambilan Air dan Tanah. Tujuannya, wujud persatuan dalam bingkai persaudaraan meski berbeda ras suku dan budaya. Air di ambilkan dari Sendang bersejarah, tepatnya Sendang Made Kudu Jombang, Kamis (23/06/22).
Prosesi pengambilan air di lakukan oleh ketua cabang PSHT jombang, Ketua Dewan Cabang, sekretaris cabang di dampingi warga sepuh tingkat 2, ketua Ranting Kudu, ketua Ranting Kabuh, ketua Rayon Kepuhrejo Kudu, ketua Ranting Ploso beserta PAMTER, Humas Terate Cabang jombang beserta warga dan siswa PSHT
Ketua Cabang PSHT Jombang Kangmas Heru Ariwanto saat ditemui Humas terate dan Media mengatakan, Pengambilan tanah akan dilakukan di lahan tanah Padepokan Cabang Jombang dan Air di ambil dari mata air Sendang yang berlokasi di kelurahan Made, Kecamatan Kudu. Kami memilih tempat itu karena memiliki sejarah yang kental dan barbau mistis pada saat zaman kerajaan hingga sekarang. Kata Ketua Cabang PSHT kota Jombang
Sejara tersebut di benarkan oleh juru kunci Sendang Made, disampaikan kepada media bahwa di Sendang Made ada tujuh petilasan. Yaitu petilasan Eyang Joyodilengkung penjaga pintu masuk kerajaan zaman dulu, Airlangga dan istrinya, prajurit Joko Tungkul, serta lima dayang-dayangnya bernama Ayu Sekar Melati, Sengkleh, Kenanga, Gading dan Klebat,” kata Juru Kunci Sendang Made Supono alias Mbah Pono.
Cerita yang melegenda itu memunculkan mitos tentang tuah Sendang Made. Sendang yang ditetapkan sebagai situs Purbakala oleh pemerintah ini mempunyai 7 sumber air dengan nama berbeda.
Yaitu Sendang Drajat, Condong, Kamulyan, Pangilon, Gede, Pomben dan Sendang Payung. Sebagian orang meyakini beberapa sendang mempunyai khasiat. Pengunjung yang ritual di tempat ini juga datang dari luar Jawa.
“Sendang Drajat untuk mandi orang yang punya keinginan naik pangkat, tampil cantik, bisnisnya lancar, melamar pekerjaan. Ritualnya membawa bunga setaman, mandi dan berdoa,” terang Mbah Pono.
Ketua Dewan Cabang Kangmas Subiantoro menyampaikan Mengenai usia satu abad, Agung menilai, hal tersebut momentum untuk refleksi dan evaluasi bersama. Khususnya terkait perannya sebagai Warga PSHT, Organisasi, dan juga sebagai Pembawa Ajaran Setia Hati yang luhur.
“Kita tahu, PSHT memiliki tujuan turut serta memayungi Hayuning Bawono dan memiliki aksud mendidik manusia berbudi pekerti luhur tahu benar dan salah, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan usia satu abad ini kita kembali merefleksi apakah tujuan Organisasi tersebut tercapai pada diri kita sebagai Warga PSHT,” imbuhnya.
Dewan Cabang berharap, dengan usia satu abad ini maka semua warga PSHT menjadi manusia yang semakin berkualitas, dewasa dalam menyikapi berbagai persoalan, dan tidak terjebak dalam kebesaran nama organisasi. Pihaknya mengimbau agar insan PSHT juga menghindari hal negatif yang bisa merugikan nama organisasi.pungkas ketua Dewan Cabang. ( slh/red )