Debat Pertama Calon Wakil Bupati Yang digelar KPU Bojonegoro Batal, Ini Penyebabnya

admin
Img 20241019 Wa0029 768x576

BOJONEGORO– Ada pemandangan yang tidak elok pada debat pertama calon wakil bupati Bojonegoro yang berlangsung yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum ( KPU) Kabupaten Bojonegoro di Hall Eastern Hotel pada Sabtu malam (19/10/2024).

Ketegangan yang tinggi dan situasi memanas setelah Farida Hidayati, calon wakil bupati dari nomor urut 1, mengajak pasangannya untuk naik ke podium, memicu perdebatan di antara tim sukses.

Farida, yang sebelumnya menjabat sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PKB, dengan tegas mengungkapkan alasan ajakannya.

“Karena kami satu kesatuan dan sesuai PKPU adalah pasangan calon, maka saya undang pasangan saya untuk naik ke atas panggung,” ungkapnya.

Pernyataan ini disambut sorakan dari pendukungnya, namun juga menimbulkan ketegangan di antara para pendukung pasangan calon lainnya.

Situasi semakin keruh ketika moderator debat mencoba memberi ruang bagi calon bupati Setyo Wahono untuk turut naik ke panggung. Namun, Wahono menolak, menekankan bahwa tatib debat pertama hanya diperuntukkan bagi calon wakil bupati. Penolakan ini memicu friksi di antara pendukung masing-masing pasangan, menciptakan suasana yang tidak kondusif untuk berlangsungnya debat.

Robby Adi Perwira, Ketua KPU Bojonegoro, kemudian turun tangan untuk menenangkan situasi.

“Memang tidak ada yang salah bahwa debat ini adalah calon wakil bupati, dan ini telah menjadi kesepakatan yang sudah ditandatangani oleh berbagai pihak,” tegasnya.

Robby juga mengingatkan bahwa kehadiran Bawaslu turut berperan dalam menjaga jalannya acara.

“Karena di sini juga ada Bawaslu, bagaimana saran dari mereka,” lanjut Robby.

Dalam upaya untuk meredakan ketegangan, ia mengusulkan agar debat tetap dilanjutkan dengan syarat.

“KPU Bojonegoro mengadakan acara malam hari ini untuk memberi ruang pasangan calon menyampaikan visi dan misi mereka. Saya minta waktu 10 menit, jika acara malam ini tidak bisa berjalan, akan kami hentikan,” tegasnya.

Ketegangan semakin meningkat ketika tim sukses masing-masing pasangan saling beradu argumen. Farida tetap bersikukuh bahwa kehadiran pasangannya di atas panggung penting untuk menunjukkan soliditas tim. Namun, Nurul Azizah, calon wakil bupati dari nomor urut 2, memberikan pandangan berbeda.

“Kalau hari ini mbak Farida mengajak pasangannya, saya tidak masalah, tapi nanti yang menyampaikan tetap mbak Farida,” ujarnya, meredakan sedikit ketegangan namun tetap menegaskan posisinya.

Dengan situasi yang tidak kunjung membaik, Ketua KPU akhirnya mengambil keputusan tegas. Ia meminta semua pihak untuk memberi waktu sepuluh menit untuk merundingkan solusi, namun suasana tetap tidak kondusif.

“Kami minta waktu 10 menit, dan saya minta semua tim pasangan calon untuk berunding,” kata Robby, namun setelah percakapan yang panjang dan tak berujung, akhirnya KPU Bojonegoro memutuskan untuk membatalkan debat.

Ketua KPU dan Bawaslu Bojonegoro kemudian meninggalkan lokasi acara, menandai akhir yang dramatis untuk malam tersebut. Keputusan ini disayangkan oleh banyak pihak, terutama pendukung yang telah hadir dengan penuh antusiasme untuk mendengarkan visi dan misi para calon.

Debat yang diharapkan menjadi ajang penyampaian ide dan program ini, malah berujung pada ketegangan dan pembatalan. Banyak yang berharap agar peristiwa ini tidak mengulang pada debat-debat selanjutnya, dan para calon dapat menunjukkan kematangan serta profesionalisme yang diharapkan dari pemimpin masa depan.

Dengan situasi yang terlanjur memanas dan debat yang batal, pertanyaan besar kini muncul: bagaimana dampak dari insiden ini terhadap elektabilitas masing-masing calon? Para analis politik memprediksi bahwa kejadian ini bisa berpengaruh pada persepsi pemilih terhadap kemampuan para calon dalam mengatasi konflik dan berkomunikasi di ruang publik.

Kita semua menantikan bagaimana langkah selanjutnya akan diambil oleh para calon dan tim sukses mereka dalam menghadapi sisa waktu kampanye dan debat yang akan datang. Keberhasilan atau kegagalan dalam menjalin komunikasi yang baik di antara mereka akan sangat menentukan hasil akhir dalam Pilkada Bojonegoro yang akan datang.[red]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *